Warga Dusun di Mojokerto digegerkan kasus amoral yang menyeret sosok dukun spiritual setempat. Dukun tersebut dikenal luas warga sebagai orang pintar dan kerap dimintai jasa pengobatan. Namun, wajah asli pria paruh baya ini terbongkar setelah beberapa anak melapor ke pihak keluarga.
Dugaan pelecehan bermula dari sesi pengobatan yang disebut-sebut menggunakan metode “penyembuhan khusus.” Polisi menerima laporan pertama dari seorang ibu yang mencurigai perubahan sikap anaknya. Setelah dilakukan pemeriksaan awal, muncul pengakuan mengejutkan dari korban yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Pelaku yang dikenal dengan nama Elyas Yasak alias Pakde kini ditahan Polres Mojokerto. Polisi menduga korban pelecehan berjumlah delapan orang dan berasal dari desa yang sama. Warga menyebut dukun tersebut sudah berpraktik lebih dari lima belas tahun. Aparat kini memeriksa lokasi praktik yang disebut-sebut menyimpan bukti penting.
Modus Berkedok Ritual, Aksi Bejat Dibungkus Dengan Dalih Pengusiran Roh Jahat
Pelaku diduga menggunakan praktik ritual sebagai dalih dalam melancarkan aksi bejat terhadap anak-anak. Metode pengobatan yang disebut “ritual pembersihan” mewajibkan korban melepas pakaian dan tunduk penuh.
Anak-anak yang masih polos tidak menyadari sedang dijadikan objek pelampiasan hawa nafsu. Beberapa korban bahkan dicekoki dengan cerita mistis agar tunduk tanpa melawan. Kepolisian menyatakan tindakan pelaku melanggar hukum perlindungan anak dan termasuk kejahatan luar biasa.
Dari hasil penyelidikan awal, ditemukan barang-barang ritual yang dijadikan alat untuk memperdaya korbannya. Seorang tokoh masyarakat menyebut praktik dukun tersebut sering dijalani tertutup dan tak melibatkan pihak keluarga.
Kepala desa menyatakan kekecewaannya dan mendukung proses hukum terhadap pelaku. Masyarakat diminta tidak mengambil tindakan main hakim sendiri agar proses hukum berjalan lancar. Pelaku juga mengklaim punya kekuatan spiritual yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit. Semua pengakuan ini sedang ditelusuri dan dicocokkan dengan bukti-bukti lapangan.
Warga Resah, Polisi Dalami Dugaan Korban Lain dan Motif Pelaku Sebenarnya
Pihak kepolisian membuka layanan aduan khusus untuk menampung laporan dari korban yang belum muncul. Warga diminta berani bicara jika mengetahui tindakan serupa pernah dialami atau disaksikan langsung.
Polisi mencurigai jumlah korban bisa lebih dari delapan orang karena praktik berlangsung cukup lama. Pemeriksaan psikologis diberikan pada korban guna memastikan mereka mendapatkan perlindungan maksimal.
Lembaga Perlindungan Anak juga turun tangan mendampingi proses hukum serta pemulihan trauma korban. Dinas Sosial Mojokerto menyatakan siap memfasilitasi tempat aman bagi para anak korban kejahatan ini.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia memberikan perhatian serius dan meminta pengawasan ketat terhadap praktik spiritual lokal. Warga desa kini menutup tempat praktik pelaku dan membersihkannya dari benda-benda mistik.
Aparat mendalami kemungkinan jaringan atau pihak lain yang turut membantu tindakan pelaku. Kasus ini menjadi perhatian nasional dan membuka kembali wacana pengawasan terhadap dukun pengobatan tradisional. Pemerintah daerah diminta menyusun regulasi perlindungan anak dalam konteks layanan pengobatan alternatif.