AHY Serukan Kolaborasi Global Hadapi Urbanisasi dan Krisis Iklim di Forum BRICS

Advertisement

970x90px

AHY Serukan Kolaborasi Global Hadapi Urbanisasi dan Krisis Iklim di Forum BRICS

Selasa, 24 Juni 2025

 

AHY Serukan Kolaborasi Global Hadapi Urbanisasi dan Krisis Iklim di Forum BRICS

Indonesia Usung Visi Kota Berkelanjutan di Forum Urbanisasi BRICS ke-4


Menteri Koordinator Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hadir dalam Forum Urbanisasi BRICS ke-4. Acara ini berlangsung di Istana Itamaraty, Brasil, yang menjadi tuan rumah tahun ini. Forum tersebut bagian dari rangkaian menuju KTT BRICS yang digelar pada Juli 2025 mendatang. AHY tampil memberikan sambutan pembuka kepada para delegasi dan menteri dari negara anggota.

Dalam pidatonya, AHY menyoroti tantangan global akibat urbanisasi cepat dan krisis iklim ekstrem. Ia menyampaikan pentingnya kerja sama antarpemerintah dalam mewujudkan kota yang tangguh iklim. Indonesia, menurut AHY, membawa aspirasi rakyat dan tanggung jawab sebagai negara populasi besar. Dirinya menegaskan perlunya solidaritas global dalam membentuk masa depan kota yang berkelanjutan.

Sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia diharapkan memberi kontribusi besar. AHY percaya bahwa arah pembangunan kota hari ini akan tentukan nasib generasi mendatang. Pemerintah Indonesia pun telah menyusun sejumlah strategi pembangunan yang lebih terintegrasi. Urbanisasi tidak bisa dihindari, tapi dapat dikelola melalui kebijakan inklusif dan adaptif.

Lebih dari 50 persen warga Indonesia saat ini tinggal di wilayah perkotaan secara konsisten. Jumlah itu akan meningkat hingga 70 persen pada tahun 2045 jika tren saat ini terus berlanjut. Oleh karena itu, pembangunan perkotaan harus dipastikan berjalan inklusif dan berkelanjutan. Kota yang tumbuh tanpa arah bisa memperburuk ketimpangan sosial serta krisis lingkungan.

Strategi Infrastruktur Terpadu Jadi Solusi Indonesia Hadapi Urbanisasi Cepat


AHY memaparkan pendekatan baru yang menggabungkan sejumlah sektor penting dalam satu sistem pembangunan. Sistem tersebut melibatkan koneksi erat antara tanah, transportasi, perumahan, air, dan energi. Tujuannya untuk menghasilkan dampak luas yang menyentuh ekonomi, sosial, dan ketahanan iklim. Setiap proyek harus membawa nilai tambah bagi masyarakat, bukan sekadar pembangunan fisik semata.

Menurutnya, pembangunan kota ideal adalah yang mampu menciptakan lapangan kerja layak dan bermartabat. Pembangunan tersebut juga harus memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap ancaman krisis iklim. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur perlu memfasilitasi inklusi sosial bagi kelompok marjinal. AHY menekankan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen pada kesejahteraan jangka panjang rakyatnya.

Ia mencontohkan bahwa kolaborasi lintas sektor penting dalam menjamin hasil pembangunan yang merata. Mulai dari pengadaan rumah, efisiensi transportasi, sampai inovasi sumber daya air bersih. Pendekatan itu akan diterapkan di kota-kota besar maupun daerah kepulauan secara menyeluruh. Indonesia tidak ingin hanya membangun kota, tapi juga membentuk komunitas yang resilien.

AHY juga menyampaikan perlunya perencanaan kota berbasis data dan kajian ilmiah yang akurat. Pemerintah, kata dia, terus mendorong kebijakan yang mengutamakan keadilan spasial dan sosial. Ketimpangan antarwilayah harus diatasi agar pertumbuhan ekonomi tidak menimbulkan kesenjangan. Model pembangunan kota berbasis kolaborasi diharapkan menjadi pola baru di era pasca-pandemi.

Indonesia Ajak Negara BRICS Tukar Inovasi Tata Kelola Perkotaan


Dalam forum tersebut, AHY mengajak negara BRICS berbagi pengalaman mengelola urbanisasi secara efisien. Brasil, menurut AHY, bisa jadi panutan lewat program perumahan sosialnya yang inovatif dan adaptif. Rusia pun memberi inspirasi lewat pengembangan teknologi kota tahan iklim di wilayah Siberia. Sementara Indonesia membagikan pengalamannya dalam membangun konektivitas wilayah kepulauan ekstrem.

Kolaborasi antarnegara penting agar tiap pihak bisa belajar dari keunggulan mitra BRICS lainnya. Pendekatan pertukaran kebijakan ini dinilai AHY mampu mempercepat solusi untuk krisis urbanisasi. Apalagi tiap negara memiliki karakteristik yang unik dalam menghadapi tekanan pembangunan perkotaan. Kebijakan yang berhasil di satu tempat bisa direplikasi secara kontekstual di tempat lain.

AHY menekankan bahwa Indonesia siap menjadi kontributor aktif dalam agenda pembangunan BRICS. Pemerintah akan berbagi data, studi kasus, hingga kebijakan publik yang telah terbukti efektif. AHY menyebut hal ini sebagai bentuk diplomasi pembangunan yang berorientasi pada dampak nyata. Pemerintah Indonesia mendorong kerja sama Selatan Global sebagai motor penggerak transformasi.

Ia percaya bahwa melalui kerja kolektif, BRICS bisa menjadi kekuatan global dalam reformasi tata kota. Ketangguhan dan inklusivitas harus menjadi prinsip utama dalam desain kota masa depan. Infrastruktur tak boleh hanya fokus pada bangunan, tapi juga penguatan komunitas yang berdaya. Visi tersebut menurutnya hanya dapat terwujud jika negara-negara BRICS bersinergi secara strategis.

AHY Tegaskan Komitmen Indonesia Bangun Kota Adil dan Tahan Iklim


Menutup pidatonya, AHY menyampaikan harapan besar terhadap hasil forum yang sedang berlangsung. Ia ingin agar forum ini melahirkan kolaborasi nyata dalam menangani urbanisasi dan krisis iklim. Menurutnya, masa depan dunia ditentukan oleh keberanian negara-negara mengambil keputusan strategis. Keputusan itu harus berpihak pada keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan rakyat.

Indonesia, kata AHY, tidak hanya hadir untuk menyampaikan pandangan tapi juga membawa solusi konkret. Solusi itu berupa proyek-proyek percontohan yang dapat dijadikan model di negara berkembang lainnya. Dirinya yakin bahwa kehadiran Indonesia dalam BRICS memperkuat suara negara-negara Selatan Global. Forum ini harus jadi momentum mendorong tata kota yang inklusif,adil, dan berketahanan iklim.

AHY pun mengajak seluruh peserta forum membangun masa depan urban yang berbasis inovasi lokal. Setiap kota memiliki karakteristik yang khas dan harus dijawab dengan pendekatan yang spesifik. Ia meyakini bahwa keberagaman justru bisa jadi kekuatan dalam menciptakan sistem yang tangguh. Indonesia berkomitmen menjadikan kota sebagai pusat harapan, bukan sumber permasalahan baru.

Akhirnya, AHY menyampaikan bahwa kolaborasi global bukan pilihan, tapi kebutuhan yang mendesak. Negara BRICS harus jadi pelopor dalam membuktikan pentingnya solidaritas pembangunan lintas batas. Ia menutup dengan optimisme bahwa forum ini bisa mengubah tantangan menjadi peluang transformatif. Pembangunan kota harus jadi refleksi nilai bersama: inklusi, keberlanjutan, dan ketangguhan kolektif.


Video

Video