Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Tanggung Jawab PSSI Jadi Sorotan

Advertisement

Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Tanggung Jawab PSSI Jadi Sorotan

Senin, 15 Desember 2025

Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Tanggung Jawab PSSI Jadi Sorotan

 

Kinerja Timnas U-22 di SEA Games 2025

Timnas Indonesia U-22 tampil sebagai juara bertahan SEA Games, namun hasilnya jauh dari harapan. Garuda Muda harus tersingkir di fase grup tanpa mampu melangkah ke babak berikutnya. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai kesiapan tim dan strategi yang diterapkan. 

Ekspektasi publik begitu tinggi mengingat prestasi sebelumnya, namun performa tim terlihat kurang stabil. Taktik permainan yang tidak konsisten dan mental bertanding yang kurang matang menjadi sorotan utama. Hasil ini menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap seluruh aspek tim. 

Kegagalan ini bukan hanya masalah di lapangan, tetapi juga terkait dengan keputusan manajemen yang memengaruhi jalannya tim. Kesalahan koordinasi, persiapan, dan komunikasi internal ikut berperan dalam hasil mengecewakan.

Kontroversi Tanggung Jawab PSSI


Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait kegagalan tim. Fokusnya terbagi antara tugas sebagai Menpora dan pimpinan PSSI, sehingga publik mempertanyakan prioritas organisasi. Ketiadaan klarifikasi resmi menimbulkan kesan minimnya tanggung jawab. 

Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, menjadi sorotan media dan pengamat. Kritikan yang diarahkan padanya sering berlebihan, padahal keputusan strategis berada di tangan Exco secara kolektif. Amali menekankan bahwa evaluasi pelatih dan tim adalah urusan bersama, bukan tanggung jawab pribadi. 

Komentar dari Exco PSSI, Arya Sinulingga, justru menambah kontroversi. Pernyataan di media sosial menunjukkan kurangnya pemahaman soal SEA Games, dan hal ini memperkuat persepsi publik mengenai lemahnya koordinasi internal.

Pelajaran dari Keberhasilan Masa Lalu


PSSI pernah merayakan sukses di SEA Games 2023 dengan medali emas di Kamboja. Keberhasilan itu menjadi momen penting dan meningkatkan reputasi organisasi. Namun, kesuksesan masa lalu tidak otomatis menjamin pencapaian di edisi berikutnya.

Strategi yang berhasil sebelumnya perlu disesuaikan dengan kondisi tim saat ini. Perbandingan antara keberhasilan dan kegagalan bisa menjadi alat evaluasi agar langkah-langkah ke depan lebih matang.

Pergantian pelatih saat Shin Tae-yong sedang menunjukkan kemajuan menjadi contoh penting. Keputusan ini menimbulkan kritik publik karena mengganggu kontinuitas tim yang sedang berkembang.

Implikasi Pergantian Pelatih


Penggantian Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert berdampak besar pada performa tim. Indonesia akhirnya gagal melaju ke Piala Dunia 2026 setelah tersingkir di Round 4. Langkah ini menunjukkan risiko perubahan kepelatihan di tengah proses yang berjalan.

Stabilitas kepelatihan menjadi faktor kunci bagi perkembangan tim. Pergantian mendadak memengaruhi adaptasi pemain, taktik, dan strategi jangka panjang. Tim nasional membutuhkan konsistensi untuk mencapai visi besar organisasi.

Evaluasi kegagalan harus dilakukan secara menyeluruh oleh seluruh jajaran PSSI. Menyalahkan satu individu tidak akan menyelesaikan masalah. Momen ini seharusnya menjadi titik introspeksi untuk memperbaiki manajemen dan strategi sepak bola nasional ke depan.

Video

Video