Kembali ke Kelas Setelah Krisis Berkepanjangan
Universitas Islam Gaza memulai kembali perkuliahan tatap muka setelah hampir dua tahun terhenti karena konflik. Aktivitas belajar sempat terbatas melalui sistem daring karena kerusakan fasilitas dan pemadaman listrik. Langkah ini menjadi simbol kebangkitan pendidikan di tengah kondisi krisis yang berat.
Perkuliahan tatap muka dimulai pada 29 November 2025, menandai periode pertama mahasiswa dapat kembali ke ruang kelas. Banyak bangunan kampus rusak parah akibat serangan udara, beberapa bahkan berubah menjadi puing-puing. Meski begitu, semangat belajar tetap muncul dari mahasiswa dan staf pengajar.
Presiden Universitas Islam Gaza, Asaad Yousef Asaad, menyebut momen ini sebagai tonggak bersejarah. Ia menekankan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas bagi masyarakat Palestina, yang menunjukkan kecintaan pada kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Fokus pada Fakultas Kesehatan dan Proses Pemulihan Bertahap
Tahap awal kembalinya perkuliahan tatap muka difokuskan pada fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Mahasiswa dari jurusan ini menjadi kelompok terbesar yang kembali belajar langsung di kampus. Pendekatan bertahap dipilih agar proses pemulihan akademik lebih terstruktur dan aman bagi semua pihak.
Universitas sedang menyusun rencana pemulihan penuh kampus dengan koordinasi bersama Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi. Tujuannya agar seluruh program akademik dapat berfungsi normal secara bertahap. Langkah ini juga memastikan kualitas pendidikan tetap terjaga meski dalam kondisi darurat.
Selain itu, kegiatan administratif dan penerimaan mahasiswa baru juga mulai berjalan secara langsung. Ini menjadi kali pertama universitas menerima mahasiswa baru secara tatap muka sejak Oktober 2023, memperkuat kontinuitas pendidikan meski masih banyak tantangan.
Dampak Perang Terhadap Fasilitas Pendidikan
Selama dua tahun terakhir, perang menghancurkan sekitar 165 lembaga pendidikan di Gaza, sementara 392 lembaga lainnya mengalami kerusakan sebagian. Kerusakan ini membuat proses pembelajaran daring menjadi satu-satunya opsi bagi ribuan mahasiswa.
Kondisi ini menimbulkan tantangan besar bagi kelangsungan pendidikan dan pengelolaan kampus. Meski sebagian fasilitas rusak, universitas tetap memanfaatkan ruang yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar. Banyak gedung juga digunakan sementara untuk menampung ratusan keluarga pengungsi.
Hal ini menuntut universitas untuk menyeimbangkan antara fungsi pendidikan dan bantuan kemanusiaan. Pihak kampus telah meminta otoritas terkait menyediakan hunian alternatif bagi keluarga terdampak. Upaya ini penting agar mahasiswa dapat kembali belajar secara fokus, sementara masyarakat yang terdampak perang tetap mendapatkan perlindungan yang layak.
Prestasi Akademik Selama Masa Krisis
Selama pembelajaran daring, sekitar 4.000 mahasiswa berhasil menyelesaikan studi dan lulus tepat waktu. Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan adaptasi universitas dalam situasi ekstrem. Sistem daring menjadi solusi sementara yang memastikan kelangsungan akademik tetap terjaga meski kondisi lapangan sulit.
Pencapaian ini juga menjadi bukti bahwa pendidikan dapat terus berjalan meski menghadapi konflik dan krisis kemanusiaan. Mahasiswa menunjukkan ketahanan belajar dan komitmen tinggi untuk menuntut ilmu. Universitas berperan penting dalam menjaga motivasi akademik di tengah tantangan berat.
Ke depan, universitas berencana memperluas kembalinya perkuliahan tatap muka ke seluruh fakultas secara bertahap. Hal ini sejalan dengan misi memulihkan kampus dan memastikan pendidikan tetap menjadi fondasi pembangunan masyarakat Palestina pasca-perang.
