Teheran, 28 Mei 2025 — Pemerintah Iran telah melaksanakan eksekusi terhadap seorang pria bernama Pedram Madani setelah ia dinyatakan bersalah atas tuduhan menjadi mata-mata untuk badan intelijen Israel, Mossad. Keputusan ini mempertegas sikap keras Iran terhadap individu yang terlibat dalam aktivitas intelijen asing, khususnya dari negara yang selama ini dianggap sebagai musuh utama, yakni Israel.
Tuduhan Spionase dan Proses Hukum
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh otoritas kehakiman Iran, Madani didakwa melakukan kegiatan spionase setelah diketahui melakukan kontak dengan agen-agen Mossad di luar negeri. Ia dituduh bertemu dengan perwakilan Israel di berbagai lokasi, termasuk di Brussels, Belgia, dan melakukan perjalanan ke wilayah yang oleh Iran disebut sebagai "wilayah pendudukan", merujuk pada negara Israel.
Selain aktivitas pertemuan rahasia tersebut, Madani juga disebut menerima imbalan finansial dalam bentuk Euro dan mata uang kripto Bitcoin sebagai bayaran atas informasi yang diberikan kepada intelijen Israel. Otoritas menyebut transaksi ini sebagai "kekayaan gelap" yang berasal dari aktivitas terlarang, memperkuat tuduhan bahwa ia merupakan bagian dari jaringan spionase asing.
Madani akhirnya dijatuhi hukuman mati atas sejumlah dakwaan serius, termasuk “spionase untuk dinas intelijen rezim Zionis”, “mengobarkan perang terhadap Tuhan”, serta “menyebarkan korupsi di muka Bumi”. Ketiganya merupakan pelanggaran berat dalam hukum pidana Iran, yang sering kali digunakan untuk mengadili kasus yang menyangkut ancaman terhadap keamanan nasional.
Iran dan Israel: Perang Bayangan yang Terus Membara
Eksekusi terhadap Madani tidak dapat dipisahkan dari konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel. Kedua negara telah lama berada dalam situasi ketegangan yang disebut sebagai “perang bayangan”, di mana mereka saling melakukan operasi rahasia, sabotase, dan serangan siber satu sama lain.
Iran secara terbuka menolak eksistensi negara Israel dan kerap menyebut pemerintahnya sebagai rezim Zionis. Di sisi lain, Israel menuduh Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir dan mendukung kelompok militan di Timur Tengah yang mengancam keamanan Israel.
Kasus-kasus spionase seperti ini telah menjadi bagian dari narasi konflik yang terus berlangsung. Iran secara rutin mengumumkan penangkapan dan eksekusi terhadap individu yang dituduh bekerja untuk Israel atau negara Barat lainnya. Sementara itu, Israel jarang memberikan komentar terbuka mengenai operasi intelijen yang dikaitkan dengannya.
Reaksi dan Isu HAM
Hingga saat ini, belum ada reaksi resmi dari pemerintah Israel mengenai eksekusi Madani. Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah lama mengkritik sistem peradilan Iran yang dinilai tidak transparan dan tidak memenuhi standar pengadilan yang adil, terutama dalam kasus-kasus yang berujung pada hukuman mati.
Menurut organisasi-organisasi tersebut, terdakwa sering kali tidak mendapatkan pembelaan hukum yang layak, dan pengakuan dapat diperoleh di bawah tekanan atau penyiksaan. Iran tetap menjadi salah satu negara dengan tingkat eksekusi tertinggi di dunia, dan kasus Madani menambah daftar panjang individu yang dihukum mati atas tuduhan yang berkaitan dengan keamanan negara.
Penegasan Posisi Iran
Dengan dilakukannya eksekusi ini, Iran tampaknya ingin menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir keterlibatan warga negaranya dalam aktivitas intelijen asing, khususnya oleh negara yang secara ideologis dan politik dianggap sebagai ancaman eksistensial.
Eksekusi ini juga menjadi sinyal bagi negara-negara lain bahwa Iran tetap akan bersikap tegas dalam menegakkan hukum terhadap apa yang mereka anggap sebagai tindakan pengkhianatan atau kolaborasi dengan musuh negara. Dalam konteks geopolitik regional, langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi penguatan posisi internal dan eksternal Iran di tengah tekanan yang terus datang, baik dari dalam negeri maupun dari komunitas internasional.

