Jet tempur J-10C merupakan hasil modernisasi Chengdu J-10 buatan China. Pesawat ini dikembangkan oleh AVIC dengan teknologi canggih abad ke-21. Pertama kali diperkenalkan pada 2018, J-10C langsung menarik perhatian global. Pakistan menjadi negara pertama yang mengadopsi jet ini di luar China.
Dibanding pendahulunya, J-10C memiliki radar AESA dan sistem avionik mutakhir. Kemampuannya dalam pertempuran udara dan serangan darat sangat diandalkan. China memposisikan J-10C sebagai pesawat multirole yang tangguh. Pakistan memilih J-10C untuk memperkuat armada udaranya.
Penggunaan mesin WS-10B memberikan performa lebih baik dibanding versi lama. J-10C juga dilengkapi dengan senjata pintar dan elektronik canggih. Kehadirannya di Angkatan Udara Pakistan meningkatkan deterensi strategis. India pun harus mempertimbangkan ulang keunggulan Rafale.
Keberhasilan J-10C membuktikan kemajuan industri pertahanan China. Pesawat ini menjadi bukti bahwa China mampu bersaing dengan Barat. Pakistan memanfaatkannya untuk menyeimbangkan kekuatan udara di Asia Selatan. Kedua negara terus berinvestasi dalam modernisasi alutsista.
Spesifikasi dan Kemampuan Tempur J-10C
J-10C memiliki panjang 16,9 meter dengan lebar sayap 9,8 meter. Bobot maksimum lepas landasnya mencapai 19 ton dengan muatan senjata 6 ton. Mesin WS-10B memberikan dorongan maksimal hingga 14,5 ton. Kecepatan maksimalnya mencapai Mach 1,8 dengan jangkauan tempur 1.850 km.
Radar AESA memungkinkan deteksi target hingga 200 km. Sistem pertahanan elektroniknya mampu mengacaukan radar musuh. J-10C juga dilengkapi pod targeting canggih untuk serangan presisi. Rudal PL-15 dan PL-10 menjadi senjata andalannya.
Dalam latihan bersama, J-10C Pakistan menunjukkan keunggulan manuver. Kemampuan dogfight-nya dianggap setara dengan Rafale India. Namun, kelemahannya terletak pada jangkauan yang lebih pendek. Pakistan mengimbanginya dengan strategi penggunaan yang efektif.
Pilot Pakistan mengklaim J-10C mudah dikendalikan dan stabil. Avioniknya yang modern mengurangi beban kerja pilot. Integrasi dengan sistem komando Pakistan juga berjalan lancar. Keandalan mesin WS-10B masih terus diuji dalam operasi nyata.
Perbandingan J-10C dengan Rafale India
Rafale India memiliki keunggulan dalam jangkauan dan muatan senjata. Pesawat buatan Prancis itu membawa rudal Meteor berjangkauan 150 km. Sementara J-10C mengandalkan PL-15 dengan jangkauan 145 km. Keduanya sama-sama dilengkapi radar AESA canggih.
Dalam hal manuver, J-10C dianggap lebih lincah berkat desain delta wing. Rafale unggul dalam misi serang darat dengan persenjataan lebih variatif. India juga memanfaatkan Rafale untuk misi nuklir taktis. Pakistan mengandalkan J-10C untuk dominasi udara.
Biaya operasional J-10C lebih murah dibanding Rafale. China menawarkan paket lengkap dengan pelatihan dan suku cadang. India harus mengeluarkan anggaran besar untuk perawatan Rafale. Kedua pesawat ini menjadi simbol persaingan teknologi di kawasan.
Keduanya belum pernah bertemu dalam pertempuran sesungguhnya. Latihan udara hanya memberikan gambaran terbatas. Faktor pilot dan strategi menjadi penentu utama. Persaingan keduanya akan terus memanas seiring modernisasi militer.
Dampak Strategis J-10C di Asia Selatan
Kehadiran J-10C di Pakistan mengubah keseimbangan kekuatan udara. India sebelumnya unggul setelah mendatangkan Rafale dari Prancis. Kini Pakistan memiliki jawaban untuk mengimbangi superioritas India. Ketegangan di perbatasan semakin memanas.
China memanfaatkan ekspor J-10C untuk memperluas pengaruh militernya. Pakistan menjadi mitra strategis utama dalam proyek alutsista China. Kerja sama ini juga membuka peluang ekspor ke negara lain. Negara-negara ASEAN mungkin tertarik dengan J-10C.
AS dan sekutunya memandang serius perkembangan ini. Mereka khawatir dominasi teknologi Barat akan tergeser. China terus meningkatkan kualitas produk militernya. Persaingan senjata di Asia Pasifik semakin sengit.
Masa depan J-10C tergantung pada kinerjanya di Pakistan. Jika sukses, pesawat ini akan diminati banyak negara. Kegagalan justru akan merusak reputasi industri pertahanan China. Semua mata tertuju pada konflik potensial India-Pakistan.