Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer di Gaza akan dilanjutkan tanpa kompromi dalam waktu dekat. Keputusan ini diambil setelah serangkaian pembicaraan intensif dengan kabinet keamanan negara Israel. Netanyahu menyatakan bahwa pasukan Israel telah bersiap untuk melancarkan serangan besar-besaran dengan kekuatan penuh.
Sumber militer Israel mengungkapkan bahwa persiapan akhir sedang dilakukan untuk memastikan operasi berjalan lancar dan efektif. Rencana ini mencakup serangan darat, udara, dan laut secara simultan untuk menetralisir ancaman dari kelompok bersenjata di Gaza. Netanyahu menekankan bahwa tujuan utama adalah melindungi warga Israel dan menghancurkan infrastruktur militer lawan.
Aksi ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia dan pemimpin dunia yang menyerukan gencatan senjata. Namun, Netanyahu bersikukuh bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dari serangan roket dan teror. Situasi di Gaza semakin memanas dengan meningkatnya korban jiwa di kedua belah pihak.
Analis politik memprediksi bahwa eskalasi konflik ini dapat memperburuk stabilitas kawasan Timur Tengah. Negara-negara Arab dikabarkan sedang mempertimbangkan respons diplomatik jika serangan besar benar-benar terjadi. Netanyahu tetap pada pendiriannya bahwa keamanan Israel adalah prioritas utama tanpa memedulikan tekanan internasional.
Persiapan Militer Israel: Kekuatan Penuh untuk Invasi Gaza
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dikabarkan telah memobilisasi pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Gaza menjelang operasi militer. Latihan tempur intensif dilakukan untuk memastikan kesiapan prajurit sebelum terjun ke medan perang. Senjata canggih termasuk drone dan artileri berat juga disiagakan untuk mendukung serangan.
Intelijen Israel melaporkan bahwa kelompok Hamas dan sekutunya telah memperkuat pertahanan di wilayah Gaza. Terowongan bawah tanah dan pos-pos militer menjadi sasaran utama dalam rencana serangan Israel. Netanyahu memerintahkan penghancuran total jaringan teror untuk mencegah serangan balasan di masa depan.
Warga Gaza mulai mengungsi secara massal menyusul kabar akan adanya serangan besar yang akan datang. PBB dan LSM internasional memperingatkan dampak kemanusiaan yang lebih parah jika konflik terus berlanjut. Namun, Israel menegaskan bahwa mereka telah memberikan peringatan sebelumnya untuk meminimalisir korban sipil.
Pemerintah Mesir dan Qatar dikabarkan sedang berupaya menjadi mediator untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. Namun, upaya diplomasi tampaknya belum membuahkan hasil signifikan sejauh ini. Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer tidak akan dihentikan sampai tujuan strategis tercapai sepenuhnya.
Dunia Internasional Soroti Eskalasi Konflik Israel-Gaza
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan sidang darat untuk membahas rencana serangan Israel terhadap Gaza dalam waktu dekat. Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menyatakan dukungannya namun mendesak agar korban sipil dihindari. Sementara itu, Uni Eropa menyerukan de-eskalasi segera untuk mencegah bencana kemanusiaan.
Negara-negara Arab seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengutuk rencana serangan Israel dan meminta intervensi internasional. Mereka menuding Netanyahu sengaja memperpanjang konflik untuk kepentingan politik domestik. Namun, Israel membantah tuduhan tersebut dan menyatakan tindakannya murni untuk pertahanan diri.
Ancaman konflik regional semakin nyata setelah kelompok militan di Lebanon dan Suriah menyatakan dukungan untuk Gaza. Israel telah memperingatkan bahwa mereka akan membalas setiap serangan dari pihak manapun tanpa ragu-ragu. Situasi ini meningkatkan ketegangan di seluruh Timur Tengah.
Netanyahu tetap bersikeras bahwa operasi militer akan berlanjut hingga ancaman terhadap Israel hilang sepenuhnya. Dunia internasional terus memantau perkembangan dengan harapan konflik dapat dihentikan melalui jalur diplomasi. Namun, waktu semakin sempit sebelum invasi besar-besaran benar-benar terjadi.