Serangan udara Israel kembali menghantam Gaza pada dini hari, menewaskan warga sipil secara tragis.
Jumlah korban tewas bertambah menjadi 19 orang, termasuk seorang bayi yang baru saja lahir. Ledakan mengguncang kawasan padat penduduk, menyebabkan kerusakan parah pada rumah-rumah dan fasilitas publik.
Serangan dilaporkan berlangsung selama lebih dari tiga jam tanpa jeda dari langit Gaza. Warga sipil panik menyelamatkan diri, banyak dari mereka tak sempat membawa barang pribadi. Rumah sakit setempat kewalahan menangani korban luka dan menangis menerima jasad bayi mungil.
Seorang juru bicara militer Israel menyatakan serangan menyasar kelompok militan di wilayah utara.
Namun, saksi mata menyebut tidak ada tanda aktivitas militan di area permukiman yang hancur. PBB mengeluarkan peringatan keras terhadap memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza saat ini.
Serangan ini menambah panjang daftar kekerasan yang memicu kecaman internasional sejak awal tahun. Organisasi HAM mendesak penyelidikan independen terhadap korban sipil yang terus berjatuhan. Dunia menyoroti dampak serangan ini terhadap anak-anak dan ibu yang tak memiliki tempat berlindung.
Korban Tewas Bertambah, Warga Gaza Dikepung Ketakutan dan Kesedihan
Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa 19 korban tewas berasal dari berbagai latar belakang usia. Tiga di antaranya adalah perempuan, sementara bayi yang baru lahir meninggal akibat runtuhan puing. Dokter mengatakan bayi tersebut lahir prematur karena ibunya mengalami trauma serangan bom udara.
Jenazah para korban dibawa ke rumah sakit terdekat tanpa prosedur lengkap karena keterbatasan fasilitas. Keluarga korban menangis histeris di luar ruang gawat darurat, menanti kabar dari orang tercinta. Ambulans terus keluar masuk area zona merah, membawa korban dari lokasi yang sulit dijangkau.
Serangan juga melukai puluhan warga, termasuk anak-anak yang sedang bermain di sekitar rumah mereka. Banyak korban dilarikan ke rumah sakit Al-Shifa, yang kini hampir kehabisan pasokan medis esensial. Petugas medis meminta bantuan internasional untuk mengatasi lonjakan pasien yang memerlukan penanganan serius.
Sementara itu, listrik di beberapa area terputus, memperburuk upaya penyelamatan dan evakuasi warga.
Warga mengungsi ke sekolah-sekolah PBB yang kini disulap menjadi tempat penampungan darurat.
Anak-anak menangis kelaparan dan ketakutan, tidur di lantai tanpa selimut atau perlindungan memadai.
Kecaman Internasional Meningkat, Israel Didesak Hentikan Agresi Militer
Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat menyikapi eskalasi serangan udara di wilayah Gaza.
Beberapa negara menuntut gencatan senjata segera demi melindungi warga sipil dari kehancuran lebih lanjut. Amnesty International menyerukan penyelidikan atas dugaan kejahatan perang dalam serangan terbaru ini.
Amerika Serikat menyatakan prihatin namun tetap mendukung hak Israel membela diri dari ancaman militan. Negara-negara Eropa mendesak Israel lebih proporsional dan meminimalkan korban dari pihak sipil. Mesir dan Qatar dikabarkan sedang mencoba menengahi kesepakatan gencatan senjata yang baru.
Media internasional memberitakan secara luas kehancuran yang terjadi, menampilkan gambar korban anak-anak. Video memperlihatkan seorang ayah membawa bayi berlumuran darah menyentuh emosi banyak pihak global. Tagar #SaveGaza kembali trending di media sosial sebagai bentuk solidaritas dan protes publik dunia.
Israel menyatakan operasi militer belum akan berhenti sampai target dinyatakan berhasil ditumpas total.
Namun tekanan diplomatik meningkat, dengan banyak negara menyerukan peninjauan kembali kebijakan serangan. Konflik ini dikhawatirkan memicu ketegangan regional lebih luas jika tidak segera diredam.
