Peristiwa memilukan terjadi pada 11 Mei pukul 02.00 dini hari di Jalan Raya Timur-Barat Perak, Malaysia, melibatkan truk pengangkut ayam yang menabrak anak gajah hingga tewas. Dari rekaman video viral, terlihat bagian depan truk penyok parah setelah kejadian, sementara induk gajah berdiri tak bergeming di dekat bangkai anaknya.
Yusoff Shariff, Direktur Departemen Perlindungan Satwa Liar setempat, mengonfirmasi korban adalah gajah jantan berusia lima tahun yang mati saat menyeberang jalan.Tim gabungan diterjunkan untuk mengevakuasi induk gajah berusia 25-27 tahun dengan berat 2,2 ton yang terus bertahan di lokasi. "Kami terpaksa menggunakan obat penenang dan mengangkutnya ke hutan menggunakan kendaraan 4WD sekitar pukul 09.00," jelas Yusoff.
Bangkai anak gajah kemudian dipindahkan untuk proses pemakaman, sementara pihak berwenang menyelidiki faktor kelalaian pengemudi. Data IUCN menunjukkan gajah Asia termasuk spesies terancam punah akibat perburuan, hilangnya habitat, dan konflik dengan manusia.
Laporan The Star mengutip keterangan Kepala Polisi Distrik Gerik, Inspektur Zulkifli Mahmood, yang menyatakan pengemudi truk berusia 28 tahun semula melihat seekor gajah besar di bahu jalan kanan. "Saat melewati lokasi, pengemudi mengira situasi aman karena gajah sedang merumput," ujar Zulkifli. Namun tiba-tiba anak gajah muncul dari hutan sisi kiri dan mencoba menyeberang, menyebabkan tabrakan tak terhindarkan akibat jarak yang terlalu dekat.
Analisis Penyebab dan Dampak Psikologis pada Satwa
Ahli perilaku satwa dari Universitas Putra Malaysia, Dr. Ahmad Ismail, menjelaskan reaksi induk gajah yang enggan meninggalkan anaknya mencerminkan trauma mendalam. "Gajah memiliki ingatan kuat dan sistem sosial kompleks, kehilangan anak bisa memicu depresi berkepanjangan," paparnya. Kasus ini memperlihatkan kegagalan sistem peringatan dini di jalur migrasi satwa, meskipun rambu-rambu bahaya telah terpasang.
Berdasarkan data Departemen Satwa Liar Malaysia, tahun 2023 tercatat 15 kasus kematian gajah akibat tabrakan kendaraan, meningkat 20% dari tahun sebelumnya. Konflik manusia-satwa semakin intensif seiring pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang mempersempit habitat alami.
Pemerintah setempat kini mengkaji pemasangan alat pendeteksi panas (thermal sensor) di titik-titik rawan tabrakan satwa.Komunitas konservasi Malaysian Nature Society mendesak penerapan sanksi berat bagi pengemudi yang melanggar batas kecepatan di kawasan lindung.
"Truk pengangkut seharusnya wajib dipasang speed governor maksimal 40 km/jam saat melintasi koridor satwa," tegas ketua organisasi tersebut. Edukasi bagi sopir angkutan barang menjadi prioritas untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.
Upaya Mitigasi dan Rekomendasi Kebijakan
Pakar transportasi Prof. Madya Dr. Lee Chen Hui menyarankan modifikasi desain jalan raya di kawasan hutan dengan pembuatan underpass khusus satwa. "Model terowongan bawah tanah telah sukses mengurangi 70% konflik di Taman Nasional Taman Negara," ungkapnya.
Sistem penerangan motion-sensor dan pembatas suara (acoustic barriers) juga terbukti efektif mengalihkan rute migrasi gajah.Kementerian Lingkungan Hidup Malaysia merespons dengan mengalokasikan dana darurat RM 5 juta untuk pemetaan ulang jalur migrasi satwa liar.
Rencana aksi darurat mencakup pelatihan khusus bagi pengemudi truk, patroli rutin malam hari, dan kampanye kesadaran publik. "Kami sedang mengembangkan aplikasi pelaporan keberadaan satwa liar secara real-time untuk pengguna jalan," jelas juru bicara kementerian.LSM Wildlife Rescue Unit mengingatkan pentingnya pendekatan holistik dalam penyelesaian konflik ini.
"Solusi teknis harus dibarengi dengan restorasi habitat dan penegakan hukum terhadap perambahan hutan," tegas koordinator lapangan mereka. Tragedi ini diharapkan menjadi momentum evaluasi kebijakan pembangunan infrastruktur yang lebih ramah ekologi.