Tanah longsor besar menerjang kawasan Gunung Kuda, Cirebon, menewaskan empat belas orang di lokasi kejadian. Musibah ini terjadi sangat cepat dan mengagetkan warga yang sedang beraktivitas seperti biasa di area lereng. Peristiwa terjadi saat hujan lebat mengguyur selama berjam-jam dan membuat struktur tanah menjadi sangat labil.
Material longsor turun secara tiba-tiba dan menghantam rumah-rumah serta lahan pertanian milik warga setempat. Banyak warga tak sempat menyelamatkan diri karena volume tanah bergerak sangat cepat dan masif menyapu wilayah. BPBD mencatat kejadian ini sebagai salah satu bencana tanah longsor terbesar di Cirebon dalam lima tahun terakhir.
Evakuasi darurat langsung dilakukan oleh petugas dan relawan dari berbagai unsur, termasuk TNI dan Polri gabungan. Namun, mereka menemui banyak kendala berupa medan terjal, akses jalan terputus, dan cuaca buruk berkepanjangan. Hingga malam hari, tim penyelamat terus bekerja untuk mencari korban yang diduga masih tertimbun material longsor.
Longsor terjadi Jumat, 30 Mei 2025, pukul 09.30 WIB, saat hujan deras mengguyur pegunungan secara intensif. Pemerintah resmi menetapkan status tanggap darurat setelah berkoordinasi dengan BNPB terkait skala kejadian. Langkah cepat ini bertujuan mempercepat penanganan korban dan distribusi logistik ke titik lokasi terdampak.
Evakuasi Terus Dilakukan Meski Medan Ekstrem dan Cuaca Buruk
Tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan turun langsung melakukan pencarian korban. Mereka bekerja tanpa henti sejak laporan pertama diterima dari warga sekitar lokasi longsor di lereng gunung. Proses evakuasi menjadi sangat menantang karena medan licin, sempit, dan dikelilingi jurang yang membahayakan.
Beberapa alat berat seperti ekskavator dikerahkan untuk menggali material tanah di zona longsor utama. Tim medis juga disiagakan untuk memberikan pertolongan pertama pada korban yang ditemukan dalam kondisi selamat. Sementara itu, tenda darurat dan dapur umum telah didirikan untuk mendukung operasi evakuasi yang terus berjalan.
Selain korban meninggal, ada empat orang luka yang langsung mendapat perawatan di pusat medis terdekat. Tim medis menyampaikan bahwa kondisi korban luka perlahan membaik setelah mendapat penanganan secara intensif. Relawan juga membantu membawa korban ke posko darurat karena akses kendaraan sangat terbatas di area longsor.
Pencarian dihentikan sementara saat malam tiba karena keterbatasan pencahayaan dan risiko keselamatan petugas. Tim menyatakan evakuasi dilanjutkan besok dengan sistem zonasi yang lebih akurat dan pemetaan yang diperbarui. Dengan sistem baru tersebut, diharapkan korban yang tertimbun bisa segera ditemukan dan dievakuasi aman.
Duka dan Harapan Menyelimuti Keluarga Korban yang Menunggu Kabar
Keluarga korban berkumpul di posko darurat sambil menanti kabar orang tercinta yang belum ditemukan. Suasana haru dan tangisan menyelimuti lokasi saat jenazah korban diangkat dan diidentifikasi petugas. Banyak warga kehilangan anggota keluarga, rumah, dan seluruh harta benda dalam bencana tanah longsor ini.
Pemerintah menyediakan layanan psikososial untuk mendampingi keluarga korban, terutama anak-anak dan lansia. Tim konseling trauma diturunkan untuk membantu mereka memproses kesedihan dan menguatkan kondisi mental. Fasilitas kesehatan dan tempat penampungan sementara dipusatkan di balai desa terdekat untuk menampung korban.
Selain itu, dapur umum menyiapkan makanan bagi para pengungsi dan petugas penyelamat di sekitar lokasi. Bantuan logistik, pakaian, dan obat-obatan terus mengalir dari masyarakat dan organisasi sosial yang peduli. Kebersamaan dan solidaritas warga begitu kuat, saling mendukung meski berada dalam kondisi sulit dan traumatis.
Warga diminta menjauh dari area longsor karena masih ada potensi bencana susulan yang dapat membahayakan. Tim SAR memasang garis pengaman untuk mencegah warga masuk ke zona merah yang belum benar-benar stabil. Imbauan juga disampaikan melalui pengeras suara agar semua tetap waspada dan mengikuti arahan petugas lapangan.