Pemerintah Iran resmi mengumumkan pengangkatan Majid Khadami sebagai Kepala Intelijen terbaru. Langkah ini menjadi sinyal penting perubahan strategi militer dalam menghadapi tekanan regional. Khadami dikenal sebagai sosok senior dengan rekam jejak panjang di bidang keamanan nasional. Penunjukan ini diumumkan langsung oleh Panglima Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami.
Pengangkatan Khadami juga menyusul tewasnya kepala intelijen sebelumnya dalam serangan mematikan Israel. Brigadir Jenderal Mohammed Kazemi tewas bersama dua perwira lain dalam serangan udara beberapa pekan lalu. Kedua perwira yang turut gugur adalah Hassan Mohaghegh dan Mohsen Bagheri dari jajaran Garda Revolusi. Serangan tersebut menghantam basis militer strategis yang diduga menjadi pusat koordinasi intelijen.
Komandan Pasukan Darat IRGC, Mayjen Mohammad Pakpour, langsung menunjuk Khadami sebagai pengganti resmi. Langkah ini menunjukkan urgensi Iran memperkuat kembali struktur keamanan dan sistem respons militer. Pakpour menegaskan bahwa Khadami dianggap mampu menangani kondisi genting dan kompleks saat ini. Penunjukan cepat ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran kepala intelijen bagi keamanan Iran.
Khadami kini memikul tanggung jawab besar dalam membalas dan mencegah serangan di masa mendatang. Garda Revolusi mempercayakan posisi ini kepada figur yang terbukti tangguh dan memiliki kredibilitas. Iran kini berada dalam fase konsolidasi pasca-serangan dan mengedepankan keamanan internal strategis. Dinamika konflik dengan Israel diyakini akan meningkatkan frekuensi operasi intelijen rahasia.
Majid Khadami: Profil Singkat dan Rekam Jejak dalam Dunia Intelijen Iran
Majid Khadami merupakan perwira tinggi yang meniti karier sejak Revolusi Islam tahun 1979. Ia aktif dalam berbagai operasi penting, termasuk perang intelijen melawan jaringan asing. Sebagian besar kariernya dihabiskan dalam lingkup kerahasiaan tinggi dan protokol militer ketat. Khadami digambarkan rekan-rekannya sebagai disiplin, tertutup, dan sangat loyal terhadap negara.
Selama dua dekade terakhir, ia menjadi arsitek sistem pengawasan digital intelijen Iran. Ia memainkan peran penting dalam melacak aktivitas spionase oleh agen asing di kawasan. Khadami juga turut merancang protokol keamanan siber yang kini digunakan dalam sistem nasional. Rekam jejaknya mengindikasikan pendekatan teknokrat yang berpadu dengan disiplin ideologis.
Selain itu, ia dikenal memiliki koneksi kuat dengan faksi konservatif dalam pemerintahan Iran. Koneksi tersebut menjadikannya tokoh berpengaruh dalam pembentukan arah kebijakan pertahanan. Khadami juga pernah menjadi penasihat khusus untuk Komando Tertinggi dalam urusan kontra-terorisme. Perannya selama konflik Suriah menambah reputasi strategisnya di kalangan militer Iran.
Pengangkatan ini menegaskan kembali dominasi Garda Revolusi dalam politik dan militer Iran. Keputusan tersebut kemungkinan besar diambil berdasarkan pertimbangan stabilitas dan efektivitas. Khadami diharapkan mampu merespons dengan cepat terhadap potensi ancaman yang berkembang. Langkah selanjutnya adalah mengonsolidasikan jaringan dan membangun sistem kontrol lebih ketat.
Dinamika Regional: Strategi Baru Iran Hadapi Ketegangan Kawasan Timur Tengah
Penunjukan Majid Khadami terjadi di tengah meningkatnya tekanan geopolitik di kawasan regional. Ketegangan antara Iran dengan Israel, AS, dan negara Teluk sedang mencapai titik kritis. Garda Revolusi dianggap sebagai ujung tombak Iran dalam mempertahankan eksistensi kekuasaan. Penempatan pejabat baru menjadi bagian dari strategi pembaruan struktur kekuatan internal.
Langkah ini juga memperlihatkan kecenderungan Iran menyiapkan kemungkinan eskalasi bersenjata. Sebagai negara dengan konflik terbuka dan tertutup, pembaruan intelijen menjadi kebutuhan utama. Operasi intelijen ke depan kemungkinan akan lebih agresif dan lebih tertutup dari sebelumnya. Iran berusaha mengatasi kelemahan dari kebocoran informasi dan serangan siber yang meningkat.
Khadami akan mengelola ribuan personel yang tersebar di dalam dan luar wilayah Iran. Struktur baru yang ia bangun akan mencerminkan pendekatan strategis berbasis teknologi. Selain pengawasan digital, intelijen manusia tetap menjadi prioritas utama di lapangan. Reformasi ini merupakan respons terhadap kelemahan-kelemahan operasional yang terungkap belakangan.
Negara-negara tetangga menyambut perkembangan ini dengan kewaspadaan dan perhitungan ulang strategi. Beberapa pengamat melihat ini sebagai konsolidasi ulang dominasi militer terhadap sipil. Iran menunjukkan bahwa sistem keamanannya siap menghadapi tekanan, sanksi, dan infiltrasi asing. Tantangan berikutnya adalah mempertahankan stabilitas sambil meningkatkan postur militer regional.