Ustaz Adi Hidayat Pimpin Doa Khidmat di Puncak Upacara Hari Bhayangkara ke-79

Advertisement

970x90px

Ustaz Adi Hidayat Pimpin Doa Khidmat di Puncak Upacara Hari Bhayangkara ke-79

Senin, 30 Juni 2025

 

Ustaz Adi Hidayat Pimpin Doa Khidmat di Puncak Upacara Hari Bhayangkara ke-79

Doa Bersama Warnai Momen Sakral Peringatan Hari Bhayangkara di Monas


Puncak Upacara Hari Bhayangkara ke-79 berlangsung penuh kekhidmatan di Lapangan Monas, Jakarta. Ustaz Adi Hidayat (UAH) memimpin doa bersama ribuan hadirin yang hadir dalam peringatan tersebut. Upacara berlangsung Selasa, 1 Juli 2026, dengan partisipasi Presiden Prabowo dan jajaran Kabinet. Doa dipanjatkan sebagai bentuk syukur dan harapan atas peran Polri menjaga negeri tercinta.

UAH membuka doa dengan memuji Allah atas karunia yang diberikan kepada bangsa Indonesia tercinta. Ia menekankan rasa syukur atas kehadiran Polri selama 79 tahun dalam menjaga stabilitas nasional. Wajah-wajah para peserta upacara menunjukkan kekhusyukan saat doa dipimpin penuh ketulusan hati. Para pemimpin nasional, termasuk Kapolri dan Presiden, terlihat menunduk mengikuti irama doa.

Doa bersama ini menjadi bagian penting dari prosesi nasional memperingati dedikasi Kepolisian RI. Para undangan, tokoh nasional, dan personel Polri larut dalam suasana haru dan spiritual mendalam. Upacara tersebut dirancang untuk menunjukkan apresiasi atas kontribusi Polri selama ini. UAH menambahkan kekuatan spiritual dalam perayaan nasional yang sarat dengan semangat kebersamaan.

Peringatan Hari Bhayangkara tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga momentum refleksi spiritual. Doa menjadi simbol bahwa kekuatan bangsa berasal dari kebersamaan, doa, dan semangat gotong royong. Dengan nuansa religius, acara mempererat hubungan antar institusi negara dengan rakyat Indonesia. Momentum ini diharapkan mampu menyatukan seluruh elemen bangsa dalam semangat persatuan abadi.

Ustaz Adi Hidayat Doakan Polri dan Pemimpin Bangsa dalam Upacara


Dalam lantunan doanya, Ustaz Adi Hidayat mendoakan dedikasi Polri kepada bangsa dan negara. Ia menyebut kehadiran Polri sebagai anugerah besar yang patut disyukuri oleh seluruh rakyat. Doa mengalir untuk para anggota Polri, baik yang masih bertugas maupun yang telah gugur. Pengorbanan mereka dikenang sebagai bagian dari sejarah panjang dalam menjaga keutuhan bangsa.

UAH juga menyinggung perjuangan berat para pendahulu yang berjuang sejak zaman kemerdekaan dulu. Darah, air mata, dan nyawa menjadi bukti bahwa keamanan negeri lahir dari pengorbanan sejati. Setiap bait doa ditujukan agar para syuhada Polri diberikan tempat terbaik di sisi Allah. Hadirin menyimak dengan takzim, mengenang jasa mereka yang tak lagi bersama di dunia ini.

Tak hanya untuk Polri, UAH pun memohon kekuatan bagi para pemimpin nasional dalam memimpin negeri. Ia menyebut nama Presiden, Wakil Presiden, serta Kabinet Merah Putih dalam doanya yang tulus. Harapan besar disampaikan agar pemerintahan mampu menjalankan amanat demi kemajuan Indonesia. Doa tersebut menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati harus dilandasi moralitas dan iman.

UAH menegaskan pentingnya nilai Asta Cita dalam pembangunan menuju visi Indonesia Emas 2045. Ia menekankan bahwa kemajuan bangsa hanya bisa tercapai melalui kerja sama dan ketulusan jiwa. Pemimpin negara didoakan sehat, kuat, dan mampu membawa negeri ini menuju masa depan cerah. Kesungguhan dalam doa mencerminkan harapan besar umat terhadap arah pembangunan nasional ke depan.

Pesan Persatuan dalam Doa UAH untuk Anak Bangsa


Menjelang akhir doa, UAH menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga persatuan nasional. Ia berharap seluruh rakyat Indonesia bersatu dalam nilai-nilai Pancasila demi kemajuan bersama. Doa dipanjatkan agar tak ada lagi perpecahan yang merusak harmoni antar elemen masyarakat. Menurut UAH, Hari Bhayangkara harus menjadi momentum untuk memperkuat rasa persaudaraan sejati.

Penting bagi seluruh anak bangsa agar menjadikan peringatan ini sebagai titik balik persatuan. Dalam suasana religius, UAH menyentuh hati banyak pihak untuk lebih mencintai negeri sepenuh hati. Ia menyampaikan bahwa energi positif dapat muncul jika rakyat saling mendukung tanpa saling menjatuhkan. Kebersamaan dan kerja kolektif menjadi kunci menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik.

Pesan UAH tentang persatuan sangat relevan di tengah tantangan sosial dan politik saat ini. Ia mengingatkan bahwa bangsa ini dibangun dengan darah para pahlawan, bukan kebencian sesama. Doa ditutup dengan harapan agar peringatan Bhayangkara membangkitkan semangat nasionalisme sejati. Suasana hening menyelimuti lokasi saat doa ditutup dengan "aamiin" serentak dari para hadirin.

Pesan tersebut memperkuat pentingnya menjaga stabilitas sosial, politik, dan spiritual bangsa ini. UAH mengajak semua lapisan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh kepentingan sesaat. Ia menekankan pentingnya pendidikan kebangsaan, etika politik, dan kerukunan antarumat beragama. Hari Bhayangkara ke-79 menjadi titik temu antara kekuatan spiritual dan semangat kebangsaan.

Doa sebagai Pemersatu Bangsa dalam Hari Bhayangkara Ke-79


Doa yang dipimpin Ustaz Adi Hidayat memberi warna spiritual yang dalam dalam upacara nasional ini. Ia menjadikan momen peringatan sebagai ajang renungan dan peneguhan nilai moral kebangsaan. Pembacaan doa yang khidmat menandai kedewasaan bangsa dalam memaknai kekuatan spiritual bersama. Suasana upacara menjadi semakin sakral dengan perpaduan nuansa kenegaraan dan religiositas Islami.

Partisipasi tokoh nasional seperti Presiden dan Kapolri menunjukkan penghormatan terhadap nilai spiritual. Mereka menundukkan kepala dan menadahkan tangan, tanda sikap hormat dan kekhusyukan batin. Kehadiran UAH bukan sekadar pemimpin doa, tetapi simbol suara umat yang penuh pengharapan. Doa menjadi simpul pemersatu antara rakyat dan pemimpin, antara harapan dan kenyataan sosial.

Doa juga menyampaikan pesan bahwa kekuatan negara bukan hanya dari militer atau ekonomi semata. Spiritualitas, moralitas, dan pengabdian adalah pilar tak kasat mata yang menopang kemajuan bangsa. Upacara di Monas ini menjadi representasi bahwa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama. Momentum ini mengajarkan bahwa kebesaran bangsa lahir dari kebersamaan dan doa rakyatnya.

Hari Bhayangkara ke-79 bukan sekadar mengenang sejarah, tapi meneguhkan arah masa depan bangsa. UAH berhasil membawa suasana religius yang menguatkan semangat nasionalisme dan persaudaraan sejati. Dengan doa sebagai energi kolektif, masyarakat berharap Polri makin dekat dengan rakyat Indonesia. Upacara diakhiri dengan kebersamaan dan harapan baru untuk negeri yang damai dan sejahtera.

Video

Video