Israel Ancam Balas Houthi Usai Cegat Rudal dari Wilayah Yaman
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan niat tegas menyerang kelompok Houthi di Yaman. Pernyataan tersebut muncul setelah sistem pertahanan Israel menggagalkan serangan rudal dari arah selatan. Katz menyamakan tindakan ini dengan respons sebelumnya terhadap Iran, termasuk serangan ke fasilitas nuklir. "Setelah kepala ular di Teheran dipukul, giliran Houthi akan kami habisi," katanya.
Katz juga menyampaikan bahwa siapa pun yang menyerang Israel akan menerima konsekuensi menghancurkan. Dia menganggap tindakan Houthi sebagai ancaman langsung terhadap kedaulatan dan keamanan negaranya. Serangan dari Yaman dinilai sebagai babak baru dalam konflik kawasan. Pemerintah Israel tidak akan diam saat warganya terancam oleh kekuatan luar.
Serangan yang dicegat merupakan bagian dari eskalasi konflik pasca-perang Gaza. Israel menilai keterlibatan Houthi sebagai bagian strategi regional Iran. Koneksi militer antara Houthi dan Teheran dianggap memperluas cakupan konflik. Katz menegaskan bahwa pertahanan Israel akan semakin agresif jika ancaman terus berlanjut.
Israel telah menyiapkan berbagai opsi untuk menanggapi setiap serangan dari Yaman. Pemerintah bahkan mempertimbangkan tindakan pemblokiran udara dan laut. Respons ini bertujuan melindungi wilayah dan kepentingan strategis di Timur Tengah. Dukungan masyarakat internasional juga menjadi bagian penting dari upaya Israel membendung Houthi.
Kelompok Houthi Akui Serangan Rudal dan Umumkan Empat Operasi Militer
Kelompok bersenjata Houthi yang berpusat di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas peluncuran rudal tersebut. Mereka menyatakan telah melakukan empat operasi besar yang menargetkan lokasi sensitif Israel. Hal ini diumumkan secara resmi oleh juru bicara militer Yahya Saree. Pernyataan dirilis pada Selasa malam waktu setempat melalui saluran media resmi kelompok.
Yahya Saree mengatakan bahwa Houthi menyerang bandara serta fasilitas militer Israel sebagai bentuk solidaritas. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan respons terhadap serangan brutal di Jalur Gaza. Mereka mengklaim berada di pihak rakyat Palestina dalam konflik yang terus meluas. Dukungan terhadap Gaza telah menjadi alasan utama Houthi melancarkan operasi militer.
Sejak Oktober 2023, kelompok ini kerap menembakkan rudal dan drone ke wilayah Israel. Mereka juga menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah, memperparah ketegangan perdagangan global. Meskipun sebagian besar rudal berhasil dicegat, gangguan tetap dirasakan oleh pihak Israel. Pemerintah menyebut Houthi telah menjadi ancaman nyata lintas batas.
Militer Israel telah melakukan berbagai serangan balasan terhadap lokasi Houthi di Yaman. Namun, kelompok tersebut terus menunjukkan keberanian dengan melanjutkan serangan. Dukungan Iran disebut memperkuat moral dan kapasitas militer mereka. Houthi bahkan menantang Israel untuk terus melawan kekuatan mereka di kawasan.
Israel Pertimbangkan Blokade Laut dan Udara Jika Serangan Houthi Berlanjut
Pemerintah Israel mengeluarkan ancaman tambahan berupa blokade terhadap wilayah yang dikuasai Houthi. Blokade laut dan udara disebut sebagai langkah lanjutan jika serangan terus berlanjut. Pemerintah menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah bentuk perlindungan nasional. Tujuan utama adalah menghentikan distribusi senjata dan logistik ke milisi tersebut.
Pemerintah Israel melihat dukungan Iran sebagai kunci bertahannya kekuatan milisi Houthi. Karena itu, mereka berkomitmen memutus jalur pasokan ke wilayah Yaman utara. Pemblokiran ini juga diharapkan dapat menekan kelompok untuk menghentikan serangan. Israel berusaha memobilisasi kekuatan sekutu untuk mendukung langkah tersebut.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan meluasnya konflik regional. Beberapa negara menyerukan pengendalian agar ketegangan tidak menyebar ke kawasan Teluk. Namun, Israel menilai aksi pencegahan lebih penting dibandingkan menunggu serangan berikutnya. Blokade akan mempersempit ruang gerak Houthi di Yaman.
Serangan drone dan rudal Houthi semakin mengganggu pelayaran internasional di Laut Merah. Keamanan perdagangan global terganggu akibat konflik yang meluas. Israel juga menyebut kapal-kapal dagang menjadi sasaran empuk kelompok milisi tersebut. Oleh sebab itu, tanggapan keras diperlukan demi menjaga stabilitas kawasan.
Respons AS: B2 Bomber Perlu Kembali ke Langit Yaman?
Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Mike Huckabee, memberikan tanggapan keras melalui media sosial. Ia menyebut serangan rudal terbaru sebagai sinyal bahwa ancaman belum berakhir. Huckabee menyebut sistem pertahanan Israel sangat efektif menghalau serangan berbahaya. Namun, ia juga menyarankan tindakan militer ofensif lebih lanjut.
Menurut Huckabee, sudah saatnya pesawat pengebom B2 kembali melakukan operasi militer di Yaman. Ia menyinggung keberhasilan B2 dalam menghancurkan fasilitas Iran selama konflik sebelumnya. Komentarnya mencerminkan dukungan militer AS terhadap kebijakan pertahanan Israel. Ia juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan warga Israel terhadap kemungkinan serangan.
Pasukan AS sebelumnya terlibat langsung dalam serangan terhadap situs nuklir milik Iran. Keterlibatan itu menunjukkan bahwa Amerika bersedia melindungi sekutu dari ancaman regional. Kini, dengan munculnya serangan Houthi, peran militer AS kembali dibutuhkan. AS dan Israel disebut akan memperkuat kerja sama strategis mereka.
Wacana keterlibatan kembali pesawat tempur strategis disambut positif oleh sebagian kalangan di Israel. Namun, sebagian lainnya menyerukan agar dilakukan evaluasi diplomatik terlebih dahulu. Tindakan militer harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kestabilan Timur Tengah. Dukungan militer AS tetap menjadi faktor penting dalam respons Israel.