Menpora Tak Akan Memihak pada Satu Cabang Olahraga
Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir menegaskan komitmennya untuk tidak memihak pada satu cabang olahraga tertentu. Ia menekankan bahwa seluruh cabang olahraga di Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perhatian pemerintah. Pesannya jelas, bahwa peran kementerian bukan hanya soal prestasi semata, tetapi juga pengayoman.
Dalam posisinya saat ini, Erick menyadari adanya sorotan publik terhadap rangkap jabatan yang ia emban sebagai Ketua Umum PSSI sekaligus Menpora. Namun, ia menepis keraguan itu dengan menekankan rekam jejaknya di dunia olahraga. Baginya, keberagaman pengalaman justru menjadi modal untuk melayani seluruh cabang secara adil.
Ia menyebut perjalanan kariernya mulai dari memimpin organisasi bola basket hingga Komite Olimpiade Indonesia. Dengan latar belakang tersebut, Erick meyakinkan bahwa tanggung jawabnya kini bukan untuk satu cabang saja, melainkan seluruh ekosistem olahraga nasional.
Pengalaman Panjang sebagai Modal Kepemimpinan
Erick mengingatkan bahwa dirinya telah terlibat dalam berbagai level kepemimpinan organisasi olahraga. Mulai dari level federasi nasional hingga ajang internasional, semua itu memberi pengalaman dalam memahami dinamika yang kompleks. Ia menilai, keberhasilan penyelenggaraan Asian Games beberapa tahun lalu adalah bukti nyata kemampuannya mengelola agenda olahraga berskala besar.
Menurut Erick, faktor kepercayaan internasional juga menjadi penopang perannya. Saat ini, ia masih dipercaya FIFA dalam lingkup sepak bola dunia, sesuatu yang menurutnya menjadi nilai tambah dalam mengelola olahraga di tanah air. Pengalaman ini membuatnya percaya diri menghadapi tantangan besar yang menanti.
Namun, ia menegaskan bahwa kepemimpinan di Kemenpora bukan semata soal menunjukkan otoritas. Sebaliknya, peran itu harus dimaknai sebagai pelayanan. Ia ingin kementerian menjadi rumah bagi seluruh pelaku olahraga, tempat di mana kepentingan bersama lebih diutamakan dibanding kepentingan pribadi.
Visi Olahraga Indonesia 2045
Salah satu pesan penting yang disampaikan Erick adalah konsistensi dalam perencanaan jangka panjang. Menurutnya, pergantian kepemimpinan tidak boleh otomatis mengubah peta jalan olahraga nasional. Ia mengajak semua pihak untuk meninjau kembali roadmap yang sudah ada dan memperbaikinya secara kolektif.
Erick menekankan pentingnya menetapkan arah menuju 2045, tahun emas Indonesia. Bagi dunia olahraga, target itu harus disepakati bersama, bukan menjadi agenda sepihak. Visi tersebut mencakup pembinaan atlet, peningkatan infrastruktur, dan sinergi lintas sektor.
Baginya, keberhasilan olahraga Indonesia di masa depan ditentukan oleh kemampuan menyatukan langkah sejak sekarang. Ia menolak pendekatan instan yang hanya berorientasi pada jangka pendek. Sebaliknya, ia mendorong komitmen kolektif yang menjamin keberlanjutan.
Agenda Jangka Pendek yang Harus Dikelola
Meski berbicara tentang visi jangka panjang, Erick juga tidak mengabaikan agenda mendesak. Setelah serah terima jabatan, Menpora sebelumnya, Dito Ariotedjo, mengingatkan sejumlah event besar yang akan berlangsung. Di antaranya Kejuaraan Dunia Senam, ajang MotoGP, dan SEA Games yang segera digelar.
Erick menegaskan bahwa event-event tersebut menjadi prioritas karena menyangkut reputasi Indonesia di mata dunia. Persiapan harus dilakukan dengan cermat agar hasilnya optimal. Ia menyebut bahwa koordinasi lintas lembaga menjadi kunci utama kesuksesan.
Dalam konteks ini, Erick menegaskan perannya bukan hanya sebagai pengambil keputusan, melainkan juga sebagai fasilitator. Ia ingin memastikan seluruh pemangku kepentingan dapat bergerak dalam satu arah, dengan target yang jelas dan realistis.
Sinergi untuk Program Kepemudaan
Selain fokus pada olahraga, Erick juga menyoroti peran Kemenpora di bidang kepemudaan. Menurutnya, program kepemudaan membutuhkan pendekatan koordinatif dengan kementerian lain. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden yang menekankan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan program.
Ia menilai bahwa generasi muda perlu dilibatkan dalam proses pembangunan nasional melalui program nyata. Kemenpora, dalam pandangannya, harus mampu menggulirkan inisiatif yang relevan dengan kebutuhan anak muda. Dengan begitu, peran pemuda sebagai agen perubahan dapat terwujud.
Erick menambahkan bahwa langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui rapat pimpinan yang segera digelar. Dari forum itu, ia berharap terbangun sinergi lintas sektor yang kuat. Dengan demikian, program kepemudaan bisa berjalan beriringan dengan agenda olahraga nasional.