BMKG Prediksi Hujan Lebat, SDA Siapkan Mitigasi Antisipasi Banjir
Wilayah Jabodetabek akan dilanda cuaca ekstrem sepekan ke depan, menurut prakiraan dari BMKG. Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta langsung mengaktifkan langkah mitigasi menghadapi banjir. Langkah awal diambil melalui optimalisasi seluruh sistem pompa dan penyiagaan alat berat teknis.
Sekretaris Dinas SDA DKI Jakarta, Hendri, menyebut kesiapan pengendalian banjir jadi prioritas utama. Berbagai unit kerja dikerahkan untuk memastikan pompa dan saluran air berjalan secara optimal. Koordinasi juga ditingkatkan antarwilayah untuk mempercepat respon dalam kondisi darurat banjir.
Penempatan alat berat dilakukan sejak awal bulan untuk menjangkau wilayah dengan risiko tertinggi. Semua unit pompa dikalibrasi ulang agar dapat digunakan saat intensitas hujan meningkat drastis. Upaya ini menyasar kawasan padat penduduk serta wilayah cekungan yang rawan genangan air.
Dalam waktu cepat, SDA menyiapkan sumber daya fisik dan digital sebagai bagian kesiapan dini. Teknologi informasi, tenaga kerja terlatih, dan logistik diterapkan menghadapi potensi bahaya banjir. Perencanaan berbasis data dan prediksi cuaca kini menjadi tumpuan utama mitigasi banjir DKI.
Ratusan Pompa Disiagakan di 205 Lokasi Seluruh Jakarta
Terdapat 602 unit pompa stasioner yang tersebar di 205 titik rawan banjir di Jakarta. Setiap unit pompa memiliki petugas khusus yang memantau sistem operasional harian secara ketat. Seluruh pompa siap diaktifkan saat hujan deras berlangsung untuk mengurangi debit air berlebih.
Selain pompa stasioner, terdapat pula 573 unit pompa mobile di lima wilayah administratif Jakarta. Pompa mobile digunakan menjangkau lokasi yang tak dapat dijangkau pompa stasioner secara langsung. Fleksibilitas mobilitas pompa ini sangat berguna pada area padat dan lingkungan permukiman sempit.
SDA juga melakukan simulasi operasional pompa untuk mengukur waktu dan efektivitas respons darurat. Setiap unit diperiksa berkala dan diuji beban agar tidak gagal fungsi saat kondisi cuaca ekstrem. Langkah ini sejalan dengan instruksi pimpinan agar semua peralatan bekerja dalam kondisi maksimal.
Pemanfaatan pompa dikombinasikan dengan sistem kendali jarak jauh agar lebih responsif. Petugas lapangan menerima instruksi melalui pusat kendali dan bergerak menuju lokasi genangan. Pendekatan ini membuat distribusi pompa lebih efisien dan menurunkan risiko keterlambatan respon.
Pengerukan Saluran Air Capai 400 Ribu Meter Kubik Awal Juli Ini
Pengerukan sungai, kali, dan waduk terus dilaksanakan sebagai bagian dari pencegahan banjir. Volume pengerukan hingga awal Juli 2025 sudah melebihi 400 ribu meter kubik limbah endapan. Kegiatan ini bertujuan memastikan arus air mengalir lancar saat hujan mengguyur dengan deras.
Sebanyak 204 titik pengerukan aktif tersebar di lima wilayah administratif Jakarta secara merata. Titik-titik tersebut dipilih berdasarkan potensi sumbatan, pendangkalan, dan volume sedimentasi tinggi. Warga sekitar turut dilibatkan untuk menginformasikan kondisi saluran yang perlu perhatian lebih.
SDA juga meningkatkan frekuensi pengangkutan lumpur ke tempat pembuangan akhir agar tak menumpuk. Truk pengangkut beroperasi siang malam untuk menjaga kecepatan dan kesinambungan pengerukan rutin. Langkah ini mendukung pengurangan risiko banjir akibat saluran yang mampet atau tersumbat.
Pemerintah DKI berharap pengerukan ini mempercepat pengaliran air dari hulu ke hilir. Setiap kali hujan turun, saluran utama tak lagi menahan debit berlebih dan bisa mengalir cepat. Jika terus dijaga, pengerukan menjadi investasi jangka panjang untuk ketahanan iklim di kota besar.
Waduk, Polder, dan SCADA Jadi Tulang Punggung Kendali Banjir
SDA mengandalkan 47 waduk, situ, dan embung untuk menyerap dan menampung debit air melimpah. Infrastruktur air ini memainkan peran penting dalam mencegah air masuk ke kawasan pemukiman. Dengan volume besar, waduk bisa menyimpan air hujan yang turun dalam waktu singkat sekalipun.
Terdapat pula 52 polder aktif sebagai pengatur elevasi air di kawasan rendah seperti pesisir. Polder polder ini dipadukan dengan pompa untuk memindahkan air ke kanal utama atau laut. Kombinasi sistem ini dinilai efektif menjaga permukiman tetap aman dari luapan air hujan.
Seluruh sistem ini kini terhubung dalam jaringan SCADA yang dikendalikan secara otomatis. Teknologi SCADA memungkinkan pengoperasian pompa dan monitoring volume air dari pusat kendali. Pemantauan 24 jam dilakukan agar peringatan dini banjir bisa diberikan lebih cepat ke warga.
Penjabat Gubernur DKI menginstruksikan agar seluruh sistem bekerja penuh selama musim hujan. Mulai dari pompa, waduk, hingga personel harus siaga dan siap merespons dalam hitungan menit. Dengan kombinasi teknologi dan kesiapan lapangan, Jakarta berharap bisa minimkan dampak banjir.