Peran Guru PAI dalam Mewujudkan Asta Cita Pendidikan
Kementerian Agama mengambil langkah strategis dengan menugaskan 98 guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Rakyat. Penugasan ini merupakan implementasi nyata dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pembangunan SDM berkualitas.
Kehadiran guru agama dinilai penting untuk membentuk karakter generasi muda Indonesia yang moderat dan berakhlak. Sebagai lembaga pendidikan alternatif, Sekolah Rakyat hadir menjangkau daerah-daerah yang sulit mengakses layanan pendidikan formal.
Konsep ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan dan memperkuat pemerataan mutu pendidikan. Guru PAI di dalamnya berperan tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga pembimbing moral. Langkah Kemenag ini juga sekaligus menunjukkan kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan SDM.
Pendidikan agama dipandang sebagai fondasi penting yang berjalan beriringan dengan penguasaan sains dan teknologi. Dengan demikian, Sekolah Rakyat tidak hanya membangun kecerdasan intelektual, tetapi juga spiritual.
Seleksi Ketat Guru PAI di Sekolah Rakyat
Proses penugasan 98 guru PAI melalui seleksi yang dilakukan sejak pertengahan Juli 2025. Seleksi ini melibatkan Kemenag, Kemensos, Kemendikdasmen, BNPT, hingga BKN. Keterlibatan berbagai kementerian dan lembaga tersebut memastikan bahwa guru yang terpilih benar-benar memenuhi standar profesionalitas.
Tim asesor menilai dari aspek kompetensi, rekam jejak, serta kesiapan mengajar di lingkungan masyarakat beragam. Awalnya, target Kemenag adalah 100 guru PAI untuk Sekolah Rakyat. Namun, dua wilayah di Papua, yakni Biak Numfor dan Sarmi Selatan, tidak memerlukan guru PAI karena seluruh siswa beragama Kristen.
Hal ini menunjukkan fleksibilitas kebijakan pemerintah dalam menyesuaikan kebutuhan berdasarkan kondisi lokal. Seleksi yang ketat ini menegaskan bahwa penempatan guru bukan hanya administratif. Penilaian menyeluruh memastikan bahwa para guru mampu mendukung tujuan besar pendidikan nasional.
Jangkauan Sekolah Rakyat di Indonesia
Hingga Agustus 2025, Sekolah Rakyat sudah berdiri di 100 titik di seluruh Indonesia. Keberadaan sekolah ini difokuskan pada daerah-daerah dengan akses pendidikan terbatas. Melalui model ini, anak-anak dari keluarga kurang mampu mendapatkan kesempatan belajar tanpa biaya besar.
Program ini menjadi bukti nyata keberpihakan negara terhadap pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya menghadirkan ruang belajar, tetapi juga menyediakan tenaga pengajar yang memiliki kompetensi khusus. Guru PAI menjadi bagian penting dalam melengkapi keberagaman kurikulum yang diajarkan di Sekolah Rakyat.
Selain itu, peran pemerintah daerah melalui Kanwil Kemenag turut berkontribusi dalam merekomendasikan calon guru PAI. Sinergi antara pusat dan daerah inilah yang membuat penyelenggaraan Sekolah Rakyat berjalan efektif. Kolaborasi ini diharapkan dapat terus diperluas seiring bertambahnya lokasi sekolah di masa depan.
Pembekalan Guru dan Kepala Sekolah Rakyat
Sebelum bertugas, para guru PAI bersama pengajar mata pelajaran lain akan mengikuti pembekalan. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung di JIEXPO Kemayoran pada 21–23 Agustus 2025. Materi pembekalan mencakup strategi pengajaran, penguatan karakter, hingga manajemen sekolah berbasis komunitas.
Pembekalan ini sangat penting karena guru akan menghadapi tantangan unik di lokasi penugasan. Kondisi sosial, budaya, dan geografis berbeda menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi. Oleh karena itu, Kemenag menyiapkan pelatihan khusus agar guru siap menghadapi berbagai dinamika di lapangan.
Selain guru, kepala Sekolah Rakyat juga mendapatkan porsi pembekalan yang sama. Kepala sekolah berperan sebagai manajer yang harus mampu menggerakkan seluruh potensi sekolah. Dengan bekal yang matang, Sekolah Rakyat dapat menjadi solusi nyata bagi pendidikan Indonesia di daerah terpencil.