Lonjakan Gagal Ginjal di Kalangan Usia Produktif: Akar, Gejala, dan Strategi Pencegahan

Advertisement

970x90px

Lonjakan Gagal Ginjal di Kalangan Usia Produktif: Akar, Gejala, dan Strategi Pencegahan

HapriYandi
Jumat, 04 Juli 2025

Lonjakan Gagal Ginjal di Kalangan Usia Produktif



Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Dini


BPJS Kesehatan melaporkan bahwa beban biaya penanganan penyakit ginjal kronis melonjak drastis. Pada tahun 2019, total biaya mencapai sekitar Rp 6,5 triliun, tetapi pada 2024 sudah menembus Rp 11 triliun. 

Peningkatan ini disebabkan oleh pertambahan pasien, terutama yang menjalani hemodialisis atau cuci darah. Fenomena paling mencolok adalah pergeseran demografis pasien. Penyakit yang dahulu identik dengan lansia kini mulai menyerang usia produktif, bahkan kelompok milenial dan generasi Z.

Tren ini menandai perubahan besar dalam lanskap kesehatan masyarakat Indonesia. Data menunjukkan bahwa usia muda kini tidak lagi terbebas dari risiko penyakit kronis berat. Hal ini menjadi peringatan serius bagi sistem kesehatan nasional, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian gaya hidup. 

Jika tidak diantisipasi, Indonesia berisiko menghadapi ledakan jumlah pasien gagal ginjal yang memerlukan terapi jangka panjang. Ini tentu berdampak besar pada pembiayaan dan kapasitas fasilitas layanan kesehatan.

Masalah ini bukan sekadar persoalan medis, melainkan juga sosial dan ekonomi. Biaya hemodialisis yang harus ditanggung negara sangat tinggi, sementara kualitas hidup pasien menurun drastis. Anak muda yang seharusnya produktif harus menghadapi rutinitas cuci darah seumur hidup.

Penyebab Utama Gagal Ginjal pada Usia Muda


Penyakit Penyerta sebagai Akar Utama


Menurut dr. Nur Rasyid, SpU, lebih dari 50% pasien gagal ginjal mengalami komorbid diabetes. Diabetes secara perlahan merusak nefron, yaitu unit penyaring pada ginjal, sehingga mempercepat kerusakan organ. Hipertensi juga menjadi penyumbang utama gagal ginjal. 

Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah kecil di ginjal yang menyebabkan penurunan fungsi filtrasi. Kombinasi diabetes dan hipertensi sangat berbahaya bila tidak dikendalikan sejak dini.

Gaya Hidup Modern yang Memperburuk


Karakteristik gaya hidup generasi muda turut memperparah situasi ini. Konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi, terutama yang mengandung pemanis buatan, menjadi pemicu utama. Banyak anak muda terbiasa mengonsumsi kopi susu, minuman kemasan, dan makanan cepat saji secara berlebihan. 

Aktivitas fisik yang rendah akibat duduk terlalu lama di depan layar juga mempercepat risiko obesitas dan resistensi insulin. Obesitas memperparah tekanan metabolik yang membebani kerja ginjal secara terus menerus.

Asupan cairan yang rendah, garam tinggi, serta konsumsi alkohol dan obat pereda nyeri sembarangan turut mempercepat kerusakan ginjal. Ginjal yang kekurangan cairan akan bekerja lebih keras dan lama-kelamaan rusak permanen.

Faktor Inflamasi Autoimun dan Batu Ginjal


Selain gaya hidup, gangguan autoimun juga menjadi faktor penting dalam perkembangan penyakit ginjal. Beberapa orang mengalami kondisi seperti glomerulonefritis atau lupus nefritis yang merusak jaringan ginjal secara progresif.

Batu ginjal yang berulang dan infeksi saluran kemih yang tidak ditangani dengan baik juga mempercepat penurunan fungsi ginjal. Jika tidak segera diatasi, kondisi-kondisi ini akan berkembang menjadi gagal ginjal kronis.

Gejala Sering Tak Kentara


Pada tahap awal, gagal ginjal kronis hampir tidak menunjukkan gejala yang jelas. Penderita mungkin hanya merasa mudah lelah, mual, atau mengalami nafsu makan menurun tanpa sebab. Urine bisa berbusa atau mengandung darah, dan frekuensi buang air kecil berubah drastis, terutama di malam hari. 

Dalam beberapa kasus, muncul pembengkakan pada wajah dan kaki, sesak napas, atau kebingungan. Sayangnya, gejala ini sering dianggap sepele sehingga penanganan menjadi terlambat. Ketika fungsi ginjal sudah sangat menurun, gejala menjadi lebih berat dan sulit diabaikan. 

Pasien mengalami kram otot, kulit gatal, hingga gangguan jantung. Saat kondisi ini terjadi, biasanya ginjal sudah berada pada tahap akhir. Banyak pasien baru sadar mengalami gagal ginjal ketika harus segera menjalani cuci darah secara rutin.

Ini menunjukkan bahwa kesadaran terhadap gejala dini masih sangat rendah di masyarakat. Untuk itu, edukasi dan deteksi dini menjadi langkah penting dalam menghadapi tren ini. Masyarakat harus memahami bahwa penyakit ginjal tidak selalu diawali dengan nyeri atau keluhan berat. 

Pemeriksaan laboratorium sederhana bisa memberikan gambaran awal kesehatan ginjal seseorang. Deteksi dini mampu menyelamatkan fungsi ginjal sebelum kerusakan menjadi permanen. Pemerintah dan fasilitas kesehatan perlu mendorong kampanye skrining rutin yang lebih masif.

Strategi Pencegahan dan Deteksi Dini


1. Rutin Skrining Kesehatan


Pemeriksaan darah dan urine secara berkala menjadi kunci utama pencegahan gagal ginjal. Deteksi fungsi ginjal pada stadium awal memungkinkan intervensi lebih cepat dan efektif. Masyarakat usia produktif seharusnya menjadikan tes fungsi ginjal sebagai bagian dari check-up rutin. 

Ini penting terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga diabetes atau hipertensi. Deteksi dini mampu memperlambat bahkan menghentikan laju kerusakan ginjal.

2. Terapkan Gaya Hidup Sehat


Mengubah pola makan adalah langkah sederhana namun berdampak besar. Kurangi konsumsi makanan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh yang membebani metabolisme tubuh. Perbanyak asupan air putih minimal 30 ml per kilogram berat badan per hari. 

Hindari minuman manis, kopi berlebihan, dan minuman bersoda yang membuat tubuh dehidrasi. Aktivitas fisik teratur dan tidur cukup juga mendukung kesehatan ginjal.

3. Kendalikan Faktor Risiko Kronis


Bagi penderita diabetes atau hipertensi, penting menjaga kadar gula dan tekanan darah dalam batas normal. Konsultasi rutin ke dokter dan penggunaan obat secara tepat sangat dibutuhkan. Jangan menunda pengobatan jika muncul gejala awal gangguan ginjal. 

Hindari penggunaan obat herbal atau kimia tanpa pengawasan medis. Semua tindakan ini merupakan investasi jangka panjang bagi kesehatan ginjal.

Video

Video