Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Usai Serangan AS dan Israel

Advertisement

970x90px

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Usai Serangan AS dan Israel

Senin, 23 Juni 2025

 

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Usai Serangan AS dan Israel

Teheran Pertimbangkan Penutupan Jalur Energi Strategis


Iran kembali mengancam menutup Selat Hormuz setelah serangan dari Amerika Serikat dan Israel. Ancaman tersebut datang dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, meski keputusan final belum diumumkan. 

Parlemen Iran disebut-sebut telah menyetujui usulan untuk menutup jalur pelayaran strategis ini. Esmail Kosari, anggota parlemen sekaligus komandan IRGC, menyatakan penutupan bisa dilakukan kapan pun dibutuhkan. 

Ancaman ini mencuat di tengah meningkatnya ketegangan akibat konflik di kawasan Teluk. Penutupan selat tersebut diprediksi berdampak besar pada stabilitas geopolitik global. Meski selama ini Iran kerap mengancam, namun belum pernah benar-benar merealisasikannya. 

Namun situasi saat ini berbeda, karena bersamaan dengan eskalasi konflik terbuka. Selat Hormuz sendiri menjadi jalur penting perdagangan energi dunia selama beberapa dekade terakhir.

Selat Hormuz Jadi Titik Api Ketegangan Global


Selat Hormuz yang menghubungkan Teluk Arab dengan Laut Arab memiliki arti sangat strategis. Sekitar 20 persen pasokan energi dunia, khususnya minyak dan gas, melewati jalur ini. Jalur ini menjadi urat nadi pasokan energi bagi negara-negara besar seperti China dan Jepang. 

Gangguan pada selat ini kerap menimbulkan efek domino ke pasar global. Harga minyak mentah bisa melonjak drastis hanya karena potensi ancaman blokade. Tekanan geopolitik yang terus meningkat membuat selat ini berada dalam sorotan internasional. 

Negara-negara besar memiliki kepentingan vital menjaga kebebasan navigasi di wilayah ini. Terlebih Angkatan Laut Amerika Serikat memiliki kekuatan aktif di kawasan tersebut. 

Mereka selama ini bertugas memastikan arus perdagangan tetap terbuka dan aman. Maka jika penutupan terjadi, reaksi militer global kemungkinan akan muncul secara cepat.

Iran Gunakan Ancaman sebagai Instrumen Politik Global


Iran sudah beberapa kali menggunakan ancaman menutup Selat Hormuz sebagai alat diplomasi. Namun sejauh ini, semua ancaman tersebut hanya sebatas retorika politik semata. Perubahan situasi akibat serangan terhadap fasilitas nuklir Iran memicu respon berbeda. 

Serangan tersebut dinilai sebagai agresi terbuka terhadap kedaulatan dan kemandirian Iran. Dengan situasi memanas, Iran mempertimbangkan langkah tegas sebagai bentuk balasan simbolis. Penutupan Selat Hormuz akan mengirim sinyal kuat kepada pihak-pihak yang terlibat konflik. 

Apalagi jika Iran merasa tidak ada lagi ruang kompromi atau jalur diplomatik tersedia. Negara-negara yang bergantung pada pasokan energi Teluk pun ikut merasakan ketegangan. 

Lonjakan harga minyak, krisis energi, dan instabilitas pasar diprediksi akan menyusul. Maka banyak pihak menilai ancaman ini sangat serius dan harus diantisipasi secara cermat.

Keputusan Akhir Ditentukan oleh Dewan Keamanan Iran


Walau parlemen Iran menyetujui usulan penutupan selat, keputusan final bukan di tangan mereka. Keputusan tertinggi akan ditentukan oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Dewan ini berada langsung di bawah kendali Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. 

Semua keputusan strategis negara, termasuk militer, berada dalam kewenangan Khamenei. Ini berarti situasi bisa berubah tergantung arah kebijakan tertinggi negara. Belum diketahui apakah ancaman ini hanya manuver politik atau akan dilaksanakan segera. 

Yang jelas, dunia tengah menanti bagaimana respons Iran terhadap tekanan dari AS dan Israel. Situasi bisa mereda jika jalur diplomatik masih tersedia dan dimanfaatkan. 

Namun jika konflik terus meningkat, maka Selat Hormuz bisa menjadi titik konfrontasi besar. Dunia internasional berharap krisis ini tidak berkembang menjadi perang terbuka berkepanjangan.

Video

Video