Pernyataan Putin dalam Perspektif Historis
Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memantik kontroversi dalam pernyataannya di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (PEF), dengan menyebut bahwa secara teoritis dan historis, seluruh wilayah Ukraina adalah milik Rusia.
Putin menyatakan bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu bangsa, menyiratkan bahwa kemerdekaan Ukraina sejak 1991 adalah bentuk deviasi dari sejarah.
Menurutnya, saat Ukraina merdeka dari Uni Soviet, negara itu mengadopsi prinsip netralitas, non-blok, dan bebas senjata nuklir. Kini, menurut Putin, fakta di lapangan harus dijadikan landasan perdamaian, merujuk pada wilayah Ukraina yang saat ini telah diduduki oleh pasukan Rusia.
Zona Keamanan atau Upaya Aneksasi Baru?
Putin menegaskan bahwa Rusia sedang mempertimbangkan pembentukan zona keamanan di sepanjang perbatasan utara Ukraina, khususnya wilayah Sumy.
Meski ia menyebut bahwa merebut kota Sumy bukanlah tujuan utama, ia tidak menutup kemungkinan untuk mengambil alih wilayah tersebut sebagai bagian dari strategi perlindungan terhadap warga Rusia.
Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, termasuk Krimea, sebagian Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, serta sebagian kecil wilayah Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk.
Pembentukan zona keamanan di wilayah-wilayah tersebut berpotensi membuka jalan bagi perluasan kendali Rusia lebih jauh lagi.
Respons Ukraina: Tegas dan Tak Berkompromi
Pemerintah Ukraina merespons pernyataan Putin dengan keras. Menteri Luar Negeri Andrii Sybiha menyebut klaim tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap upaya perdamaian internasional.
Menurutnya, pernyataan Putin menunjukkan bahwa Rusia tidak berniat mengakhiri konflik, melainkan terus berusaha merebut lebih banyak wilayah.
Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa perdamaian hanya bisa tercapai dengan penarikan penuh pasukan Rusia dari wilayah Ukraina. Ia menolak keras ide “perdamaian dengan syarat Kremlin”, karena itu hanya akan menjadi bentuk penyerahan diri dan pembenaran agresi.
Analisis Pakar: Membaca Strategi Kremlin
Legitimasi Historis vs. Realitas Politik
Sebagai pakar dalam bidang geopolitik Eropa Timur, dapat disimpulkan bahwa Putin menggunakan narasi historis untuk membingkai ambisi geopolitiknya.
Meskipun Rusia dan Ukraina memiliki akar sejarah yang berkelindan, konsensus internasional secara tegas mengakui Ukraina sebagai negara merdeka dan berdaulat sejak 1991.
Zona Keamanan atau Wilayah Penyangga?
Zona keamanan yang digagas oleh Rusia bukanlah bentuk pertahanan pasif, melainkan strategi aktif untuk membentuk wilayah penyangga antara Rusia dan NATO. Ini memungkinkan Rusia memperluas kontrol secara de facto, sembari mengklaim legitimasi berdasarkan alasan perlindungan penduduk.
Dampak Terhadap Upaya Diplomasi Global
Dengan mendefinisikan perdamaian berdasarkan fakta teritorial yang diciptakan melalui kekuatan militer, Rusia menolak norma-norma hukum internasional.
Strategi ini memaksa komunitas global, khususnya negara-negara Barat, untuk memilih antara mendukung integritas teritorial Ukraina atau menerima realitas okupasi.