Ledakan hebat terjadi di Garut pada Senin (12/5) pagi saat proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa oleh TNI. Sebanyak 13 orang tewas, termasuk empat anggota TNI yang sedang bertugas di lokasi. Peristiwa ini mengguncang publik dan langsung menjadi sorotan nasional dalam hitungan jam.
Lokasi ledakan berada di wilayah konservasi Sagara milik BKSDA Jawa Barat, Garut Selatan. Amunisi lama yang hendak dimusnahkan diduga meledak sebelum prosedur standar dimulai. Dua ledakan beruntun terdengar dan asap pekat membumbung tinggi dari tengah kawasan.
Tim penjinak bom dan medis segera diterjunkan untuk evakuasi dan penanganan darurat. Korban luka dievakuasi ke RSUD Garut dan sebagian diterbangkan ke Bandung dengan helikopter. Aparat TNI langsung menutup area dan melarang warga maupun media mendekat ke lokasi.
Warga sekitar mengaku panik setelah mendengar suara ledakan keras dari kejauhan. Beberapa rumah sempat bergetar, dan aktivitas masyarakat langsung berhenti mendadak. Situasi darurat diberlakukan dan penjagaan ketat dilakukan oleh aparat bersenjata lengkap.
Penyelidikan Awal Mengungkap Dugaan Kelalaian Prosedur
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto langsung menggelar konferensi pers pasca kejadian Garut. Ia menjelaskan bahwa amunisi yang meledak adalah hasil penarikan dari gudang Pusdikif. Rencana pemusnahan sudah dijadwalkan, namun ledakan terjadi sebelum eksekusi dimulai.
Diduga kuat terdapat kesalahan prosedur atau kelalaian teknis selama tahap persiapan awal. Investigasi menyeluruh dilakukan oleh gabungan Polisi Militer dan tim forensik kepolisian. Setiap potongan amunisi akan diperiksa untuk memastikan penyebab utama ledakan terjadi.
Faktor kelalaian manusia dan lemahnya pengawasan menjadi fokus utama proses investigasi ini. Pemerintah menjanjikan evaluasi besar terhadap mekanisme pemusnahan amunisi seluruh Indonesia. Audit akan menyasar gudang penyimpanan dan prosedur evakuasi darurat di semua kesatuan.
TNI menyatakan siap menerima masukan dari publik demi perbaikan menyeluruh sistem pertahanan.
Keterbukaan informasi dijanjikan dalam rangka membangun kembali kepercayaan masyarakat sipil.
Sementara itu, keluarga korban terus menuntut transparansi dan pertanggungjawaban resmi.
Reaksi Publik dan Dukungan Kemanusiaan untuk Korban
Media sosial dipenuhi unggahan video dan foto dari lokasi kejadian pasca ledakan berlangsung. Warganet menggunakan tagar #LedakanGarut untuk menyoroti lemahnya keamanan militer nasional. Banyak yang mempertanyakan prosedur keselamatan dan akuntabilitas dalam kegiatan militer.
HAM dan organisasi sipil menyoroti potensi pelanggaran dalam SOP pemusnahan senjata. Mereka meminta audit independen dan keterlibatan publik dalam sistem pengawasan militer. Tragedi ini dianggap sebagai sinyal bahaya atas sistem pengendalian bahan peledak Indonesia.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan status tanggap darurat pasca tragedi di Garut. Posko bantuan korban didirikan dan layanan trauma healing mulai diberikan ke keluarga. Warga yang tinggal dekat lokasi turut diberi pemeriksaan medis dan dukungan psikologis.
Donasi publik mulai dikumpulkan melalui lembaga resmi untuk mendukung para korban dan keluarga.
Pemerintah juga menginstruksikan pengawasan ketat di lokasi-lokasi penyimpanan militer lainnya.
Evaluasi keseluruhan sedang disusun sebagai tindak lanjut dari musibah nasional ini.